Tittle : Lady in Red
Subtittle : “Red Diary”
MAIN CAST :
ALL MEMBER EXO
Disclaimer : EXO belong to themselves but this story original by me!!
Genre : Horror, mistery, dark
Author : Ririn Cross
FB : Ririn Cross
Twitter : @RirinCross
Rated : T
Warning : Horror inside, so becareful if there “Someone Behind You”
Dari cerita di part 3 ini, ada yang merupakan Kisah NYATA ^^
Happy reading~
Link Part Sebelumnya :
Lady in Red Part 1 (PC) | Lady in Red Part 1 (Mobile)
Lady in Red Part 2 (PC) | Lady in Red Part 2 (Mobile)
+++++++++++++++
I need you and you want me…
Naega mandeun history…
+++++++++++++++
+++ —- Lady in Red Part 3—-+++
+++ —- History Behind The Lady —-+++
~XXX~
+++ —- KRIS POV —-+++
Suara burung kenari membangunkan kami dari malam yang berdarah. Kubuka sedikit mataku. Ternyata memang hari telah pagi. Oh, ini menyenangkan, kami semua tidur bertumpuk di ranjangku dan Lay. Cukup sempit, tapi ranjang ini memang begitu luas hingga dapat menampung satu ranjang 6 orang. Hebat. Seumur hidup aku tak pernah membayangkan dalam kondisi yang aneh seperti ini. Apakah tadi malam itu nyata?
Ouch.
Luka di pundakku masih cukup berkedut. Aku menatap perban yang terbalut disana, tentu saja karena aku hanya mengenakan kaos singlet. So, kejadian semalam memang benar-benar nyata? Sulit dipercaya.
Kulihat Lay sedang terbaring di ranjang sebelah. Sedikitnya mereka lebih leluasa karena berisikan namja-namja kecil minimalis yang tak boros tempat, siapa lagi kalau bukan Suho, Dio, Chen, Luhan, oh perkecualian untuk yang ini, si magnae panda ternyata bergabung disana.
Aku tertegun melihat lengannya yang terbalut kain kasa. Luka sayat yang pasti sakit sekali. Ah, dan juga bukankah Lay mempunyai sedikit masalah dalam pembekuan darah? Tadi malam aku melihatnya menelan pil-pil yang tak kuketahui. Mungkinkah itu pil pembeku dan penambah darah?
Namun, yang sangat jelas dapat kuakui, aku benar-benar salut dengannya. Ia melakukan ini demi melindungi EXO member yang lain, dan tindakanku semalam tepat dengan menyusulnya, karena tanpa aku, mungkin kami semua sudah terbunuh di rumah ini karena kemarahan dari wanita itu.
Aku menghela nafas panjang. Kini mataku terpaku pada sosok wanita di lukisan itu. “Tolong aku..” bisikannya tepat di telingaku. Read the rest of this entry